Blogger Widgets Psychology - KBK PENULISAN ILMIAH: 2014

Foto

Foto
PAXIOO :) *muka berantakan abis belajar*

Tuesday, November 11, 2014

Dampak Pengasuhan Orangtua Otoriter terhadap Perkembangan Psikososial Anak Usia 6-12 Tahun

Latar Belakang Masalah
      Banyak orangtua yang masih menganut sistem asuh anak dengan cara orangtua mereka sebelumnya. Masih banyak orangtua yang membentuk anaknya sesuai dengan kemauan dirinya, tanpa melihat potensi dan minat anaknya. Sehingga dapat menyia-nyiakan kemampuan anak tersebut.
     Setiap orangtua pasti menginginkan anaknya untuk sukses. Terdapat banyak cara untuk mencapai tujuannya tersebut. Namun, ada cara-cara yang tidak baik sehingga terdapat akibat buruk dari cara tersebut (Gunarsa & Gunarsa, 1995).
    Ambron (dikutip dalam Yusuf, 2000, h. 23) mengatakan “sosialisasi itu sebagai proses belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif”. Jadi sosialisasi itu adalah proses pembelajaran kepribadian sosial sehingga dapat diterima di masyarakat. Sebab, setiap individu membutuhkan sesama untuk kelangsungan hidupnya.
     Menurut Loree (dikutip dalam Santoso et al., 2014, p. 4) ”sosialisasi merupakan suatu proses di mana individu (terutama) anak melatih kepekaan dirinya terhadap rangsangan-rangsangan sosial terutama tekanan-tekanan dan tuntutan kehidupan (kelompoknya) serta belajar bergaul dengan bertingkah laku, seperti orang lain di dalam lingkungan sosialnya”.
     Menurut Baraja (2005, h. 203) “Titik pusat perkembangan sosial pada individu karena adanya hubungan dan interaksi yang terjadi antara dirinya (anak) dengan orang lain”. Jadi, setiap orang membutuhkan hubungan dan interaksi agar seorang individu (anak) dapat berkembang. Tentunya, setiap anak diharapkan berkembang menjadi individu yang baik.
     Namun berkembangnya suatu individu sangat dipengaruhi oleh peran dari keluarga yaitu orangtua. Bagi orangtua yang menganut sistem asuh otoriter. Setiap anaknya akan di bentuk sesuai dengan apa yang ia inginkan, bukan berdasarkan apa yang anak inginkan dan anak mampu.

Jenis-Jenis Tipe Pengasuhan
     Terdapat beberapa jenis tipe pengasuhan menurut Baumrind (2012) yaitu, (a) authoritarian parenting, (b) authoritative parenting, (c) neglectful parenting, dan (d) permissive parenting. Pengertian authoritarian parenting menurut King (2014) “A restrictive, punitive style in which the parent exhorts the child to follow the parent’s directions”. Jadi dalam authoritarian parenting, orang tua “memaksa” anak untuk selalu mengikuti aturan atau perintah dari mereka tanpa memberikan kebebasan seorang anak untuk memilih jalannya sendiri.
     Pengertian authoritative parenting menurut King (2014) “A parenting style that encourages the child to be independent but that still places limits and controls on behavior”. Dalam pola asuh ini, seorang anak sudah diberikan kebebasan, namun orang tua masih mengontrol perilaku mereka.
     Pengertian neglectful parenting menurut King (2014) “A parenting style characterized by a lack of parental involvement in the child’s life”. Dalam pola asuh neglectful ini, orangtua tidak terlalu terlibat dalam kehidupan anaknya. Orangtua terlihat lebih cuek dengan perkembangan anaknya sendiri.
     Pengertian permissive parenting menurut King (2014) “A parenting style characterized by the placement of few limits on the child’s behavior”. Dalam pola asuh ini, seorang anak banyak diberi kebebasan dan dengan control yang sangat sedikit dari orangtua mereka.

Perkembangan Psikososial Anak Usia 6-12 Tahun
     “Memahami perkembangan psikososial anak” (2014) mengatakan psikososial meliputi perubahan dan stabilitas dalam kepribadian dan hubungan sosial seseorang." Jadi, perkembangan psikososial itu merupakan perubahan dan stabilitas serta hubungan anak tersebut dengan sesamanya. Setiap manusia adalah makhluk sosial.
    Pada anak-anak usia 6-12 tahun, anak-anak sedang menempuh sekolah pendidikan dasar. Mereka biasanya mempunyai beberapa teman dan beberapa musuh. Bagi anak-anak SD akhir, mereka biasanya menghabiskan waktu dengan pergi jalan-jalan ke mall dan menginap di rumah teman (“Memahami perkembangan psikososial anak”, 2014).

Dampak dari Pola Asuh Otoriter
     Dampak positif. Dampak positive dari pengasuhan otoriter yaitu anak menjadi seorang yang patuh. Seorang anak akan mendengarkan setiap perintah yang diberikan oleh orangtuanya (Muljono, 2014). Bagi seorang anak yang sudah biasa diperintah, maka ia akan mudah untuk mengikuti setiap aturan dan perintah yang diberikan oleh orang lain.
     Dampak negatif. Dampak negatif dari pola asuh otoriter, yaitu (a) tidak mempunyai kekuatan untuk mengatakan tidak, (b) takut salah, (c) tidak mempunyai kekuatan untuk memilih, (d) tidak bisa mengambil keputusan sendiri, dan (e) takut berbicara/mengungkapkan pendapat (Muljono, 2014). Setiap anak yang yang sudah terbiasa diperintah tanpa bisa memilih jalannya sendiri akan menjadi seorang yang tidak bisa menentukan tujuan hidupnya sendiri.
   
Dampak Pola Asuh Otoriter terhadap Perkembangan Psikososial Anak
     Dampak dari pola asuh otoriter adalah anak menjadi susah bergaul dengan anak lain akibat terlalu banyaknya perintah atau tuntutan dari orang tua mereka. Anak-anak dalam usia 6-12 tahun masih senang dengan bermain serta menemukan hal-hal baru. Mereka akan mencoba melakukan pekerjaan rumah tangga, bermain setiap olahraga yang, membaca-baca buku, dan mencari tahu tentang apapun yang mereka temukan (“Memahami perkembangan psikososial anak”, 2014). Namun, hal tersebut banyak yang tidak bisa dirasakan oleh anak-anaknya karena orangtua yang banyak memaksa anaknya untuk melakukan setiap perintah yang ia katakana. Mereka tidak segan-segan untuk mehukum anaknya jika tidak menjalani setiap perintahnya.
     Orangtua banyak memaksa anaknya untuk mencapai apa yang ia inginkan tanpa memikirkan bagaimana caranya. Sehingga anak-anak menggunakan cara-cara yang tidak baik untuk mencapainya. Padahal, keberhasilan dicapai dengan kerja keras dan terdapat tahapan serta prosesnya (Susana et al., 2006, h. 71). 
   
Simpulan
     Seperti yang dibahas dalam pembahasan di atas. Dapat dilihat bahwa dampak negatif dari pengasuhan dengan sistem otoriter lebih banyak dari pada hal positifnya. Banyak dampak negatif yang dapat diberikan oleh pengasuhan dengan tipe otoriter.
     Hal-hal tersebut tentu mengganggu perkembangan psikososial anak usia 6-12 tahun. Anak-anak menjadi susah untuk bersosialisasi dengan orang lain karena banyaknya paksaan atau tekanan yang diberikan oleh orangtuanya. Akibatnya, anak menjadi susah untuk berkembang dengan baik dan membuatnya susah untuk berbicara dengan orang lain.
    
Saran
      Sebaiknya, orangtua memberikan keleluasaan bagi anaknya untuk memilih apa yang ia inginkan. Fungsi orangtua sebagai pengawas dan pembimbing untuk anak itu menentukan pilihannya. Agar setiap anak dapat meraih cita-citanya dan menggunakan setiap aspek kemampuannya dengan maksimal.














Daftar Pustaka

Baraja, A (2005). Psikologi perkembangan: Tahapan-tahapan & aspek-apeknya. Jakarta: Studia Press.
Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. S. (1995). Psikologi praktis: Anak, remaja dan keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.
King, L. A. (2014). The science of psychology: An appreciative view (3th ed.). New York, NY: McGraw Hill.
Memahami perkembangan psikososial anak (2014). Diunduh dari http://www.kancilku.com/Ind/index.php?option=com_content&task=view&id=397
Santoso, M. V., Anjani, N. D., Fadila, B. R., Faizah, Roosyida, dan Tiananda, M. (2014). Perkembangan sosial dan emosi anak usia 7-11 tahun (psikologi perkembangan). Diunduh dari   http://www.slideshare.net/atone_lotus/perkembangan-sosial-dan-emosi-anak-usia-711-tahun-psikologi-perkembangan
Susana, T., Arini, T. A., Wanei, G. K., Adiyanti, Gamayanti, I. L., Hidajat, L. L., Widyastuti, V. (2006). Konsep diri positif, menentukan prestasi anak. Yogyakarta: Kanisius.
Yusuf, S. (2000). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.


Wednesday, November 5, 2014

Pembulian Secara Fisik yang Terjadi di Sekolah

Latar Belakang Masalah
     Pada saat ini, bullying yang terjadi di sekolah sudah merupakan hal yang biasa terjadi. Banyak anak-anak yang memegang kekuasaan sehingga ditakuti oleh adik-adik kelasnya, bahkan angkatannya sendiri. Hal ini tentu saja sangat membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah terganggu.
     Bullying yang dilakukan oleh anak-anak tersebut bisa berupa bullying secara fisik, verbal, cyber, dll.Namun pada artikel saat ini hanya membahas tentang bullying secara fisik. Arti dari bullying adalah "tindakan negatif secara fisik atau lisan yang menunjukkan sikap permusuhan, sehingga menimbulkan distress bagi korbannya, berulang dalam kurun waktu tertentu dan melibatkan perbedaan kekuatan antara pelaku dan korbannya” (Craig dan Pepler, 2008). Ada pula menurut Susanti (2006) mengatakan “penindasan, penggencetan, perpeloncoan, pemalakan, pengucilan, atau intimidasi”.

Penyebab Terjadinya Pembulian
     Faktor keluarga. Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah: orangtua yang kerap menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres, agresi dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orangtua mereka dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Atau sering terjadi tindak kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya, ketika anak tidak berani melawan orang tua, maka “perlawanan” ini ditujukan pada teman-temannya. Penelitian juga menunjukkan bahwa Socolar (dikutip dalam Goodwin, 2010) “seorang anak laki-laki yang bertumbuh dari ibu yang menjadi korban skekerasan, memiliki kemungkinan 10 kali lebih besar untuk melakukan kekerasan pada pasangannya kelak” (h. 39). (“Mengapa Mereka Melakukan Bullying”, 2012)
     Faktor sekolah: Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, terutama pada kasus kekerasan verbal dan relasional, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat perilaku diskriminatif, kurangnya pengawasan dan bimbingan etika, adanya kesenjangan besar antara siswa yang kaya dan miskin, pola kedisiplinan yang sangat kaku ataupun yang terlalu lemah, bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten. (“Mengapa Mereka Melakukan Bullying”, 2012)                                            
     Faktor kelompok sebaya: Anak-anak ketika berinteraksi di sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong melakukan bullying untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, untuk mendapatkan respek dari teman, atau untuk menunjukkan di depan teman-temannya bahwa dia punya kekuatan, dia yang paling berani, dialah orang yang berkuasa dikelompoknya. (“Mengapa Mereka Melakukan Bullying”, 2012)  
    Faktor lingkungan: Lingkungan sekitar rumah sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku bullying, misalnya anak hidup pada lingkungan orang yang sering berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada, maka anak akan mudah meniru perilaku lingkungan itu dan merasa tidak bersalah, atau menganggapnya sebagai hal yang biasa yang tidak melanggar norma. (“Mengapa Mereka Melakukan Bullying”, 2012)    

Dampak dari Bullying
      Gangguan kesehatan bagi korban. Gangguan kesehatan yang dialami si korban bullying tersebut bisa dibagi lagi menjadi dua, yaitu gangguan kesehatan mental dan juga gangguan kesehatan fisik. Kedua hal tersebut pasti sering dirasakan oleh si korban.
     Gangguan kesehatan mental. Gangguan mental yang dialami si korban bisa berupa perasaan ketakutan yang berlebihan, tidak lagi mau datang ke sekolah, perasaan rendah diri, trauma untuk tidak mau belajar lagi. Bahkan seorang anak yang dibully terus oleh teman-temannya dapat melakukan tindakan bunuh diri. (Muljono, 2014)
     Gangguan kesehatan fisik. Gangguan kesehatan fisik yang dapat dialami seorang korban bullying adalah memar karena dipukuli atau ditampar, cacat permanen akibat pukulan-pukulan, dan rusaknya organ tubuh.

     Gangguan kesehatan bagi pelaku. Gangguan yang dapat dialami pelaku adalah dia akan merasa selalu ingin menang sehingga ia akan melakukan segala macam cara untuk mendapatkan apa yang iya inginkan, bukan dengan cara yang baik namun ia bisa melakukannya dengan cara-cara yang tidak sepantasnya ia lakukan. Namun, jika ia tidak bisa mendapatkannya, ia bisa menjadi stress atau marah-marah sendiri. Lebih parahnya lagi ia bisa menjadi gila.

Cara Penyelesaian
     Cara menanggulangi yang paling ampuh bagi anak-anak yang terbiasa melakukan tindakan bullying adalah dengan rehabilitasi. Namun kita bisa mencegah agar anak-anak tidak melakukan tindakan bullying, yaitu (a) menanamkan dampak-dampak dari bullying sebagai bahan mata pelajaran, (b) mengadakan kuliah umum tentang bullying, dan (c) mendidik anak bukan dengan paksaan tetapi dengan kasih sayang. Dengan cara-cara tersebut, bullying dapat diminimalisir sehingga Indonesia tidak lagi menjadi negara nomor 2 tertinggi dalam bullying.

Kesimpulan
      Bullying merupakan tindakan yang sudah mendarah daging di Indonesia ini. Namun kita dapat menghentikan tindakan tersebut dengan dimulai dari diri kita sendiri sehingga Indonesia bisa bebas dari tindakan bullying.



Sumber: 
Goodwin, D. (2010). Strategi mengatasi bullying (C. Evi, Penerj.). North Richmond, NSW: Kidsearch. (Karya asli diterbitkan pada tahun 2009)

Mengapa mereka melakukan bullying (2012). Diunduh dari   http://www.konselorsekolah.com/2012/04/mengapa-mereka-melakukan-bullying.html

Sunday, October 5, 2014

Eksistensialisme (Jean Paul Sartre)




  1. Lahir di Paris 1905
  2. 1929 menjadi guru
  3. 1931-36 dosen filsafat di Le Havre
  4. 1941 menjadi tawanan perang
  5. 1942-44 dosen Loycee Pasteur
  6. Banyak menulis karya filsafat dan sastra.
  7. Dipengaruhi oleh Husserl dan Heidegger.
Pemikiran filsafat Sartre

  1. Sulit menjabarkan pemikiran filsafat Sartre scrsingkat.
  2. Bagi Sartre, manusia mengada dengan kesadaran sbg dirinya sendiri. Keberadaan manusia berbeda dg keberadaan benda lain yg tdk punya kesadaran.
  3. Untuk manusia eksistensi adalah keterbukaan, beda dg benda lain yg keberadaannya sekaligus berarti esensinya.  Bagi manusia eksistensi mendahului esensi.
  4. Asas pertama utk memahami manusia hrs mendekatinya sbg subjektivitas. Apapun makna yg diberikan pd eksistensinya, manusia sendirilah yang bertanggungjawab
  5. Tanggungjawab yg menjadi beban kita jauh lebih besar dr sekedar tanggungjawab thdp diri kita sendiri
  6. Dibedakan 'berada dlm diri' dan 'berada untuk diri'
  7. Berada dalam diri = berada an sich, berada dlm dirinya, berada itu sendiri. Mis. meja itu meja, bukan kursi, bukan tempat tidur. Semua yang berada dalam diri ini tdk aktif. Mentaati prinsip it is what it is. Maka bagi Sartre  segala yang berada dalam diri: memuakkan.
  8. Sementara berada untuk diri=berada yg dengan sadar akan dirinya, yaitu cara berada manusia. Manusia punya hubungan dg keberadaannya. Bertanggungjawab atas fakta bhw ia ada. Mis. Manusia bertanggungjawab bhw ia pegawai, dosen. Benda tdk sadar bhw dirinya ada, tp manusia sadar bhw dia berada. Pd manusia ada kesadaran.
  9. Biasanya kesadaran kita bukan kesadaran akan diri, melainkan kesadaran diri
  10. Baru kalau kita scr refleksif menginsyaficara kita mengarahkan diri pd objek, kesadaran kita diberi bentuk kesadaran akan diri.
  11. Tuhan tdk bisa dimintai tanggungjawab . Tuhan tdk terlibat dlm putusan yg diambil oleh manusia. Manusia adalah kebebasan, dan hanya sbg makhluk yg bebas dia bertanggungjawab.
  12. Tanpa kebebasan eksistensi manusia menjadi absurd. Bila kebebasannyaditiadakan, maka manusia hanya sekedar esensi belaka.
Apa saja yang mengurangi kebebasan
  1. Beberapa kenyataan (kefaktaan) yg mengurangipenghanyatan kebebasan:
  • Tempat kita berada: situasi yg memberi struktur pd kita, tp juga kita beri struktur.
  • Masa lalu: tdk mungkin meniadakannya krn masa lampau menjadikan kita sebagaimana kita sekarang ini.
  • Lingkungan sekitar (Umwelt):
  • Kenyataan adanya sesama manusia dg eksistensinya sendiri.
  • Maut: tdk bisa ditunggu saat tibanya, walaupun pasti akan tiba.
Walaupun kefaktaan ini melekat dlm eksistensi manusia, tapi kebebasan eksistensial tdk bisadikurangi/ditiadakan.

Ketubuhan manusia
Dalam eksistensi manusia, kehadiran selalumenjelama sbg wujud yg bertubuh. Tubuh 
mengukuhkan kehadiran manusia.Tubuh sbg pusat orientasi tdk bisa dipandang sbg alat sematamata,tp mengukuhkan kehadiran kita sbg eksistensi.

Komunikasi dan cinta

  • Komunikasi = suatu hal yg apriori takmungkin tanpa adanya sengketa, krn setiap kali org menemui org lain pd akhirnya akan terjadi saling objektifikasi, yg seorg seolah2 membekukan org lain.  Terjadi salingpembekuan shg masing2 jadi objek.

  • Cinta = bentuk hubungan keinginan salingmemiliki (objek cinta). Akhirnya cinta bersifat sengketa krn objektifikasi yg takterhindarkan.

(Sumber: Power Point dosen kbk filsafat Eksistensial (Jean Paul Sartre)



Pertemuan Selanjutnya - Eksistensialisme :)



Apa itu eksistensialisme ?

  1. Aliran filsafat yang pokok utamanya adalah manusia dan cara beradanya yg khas di tengah makhluk lainnya.
  2. Jiwa eksistensialisme ialah pandangan manusia sbg eksistensi.
  3. Etimologis: ex= keluar, sistentia (sistere)=berdiri. Manusia bereksistensi = manusia baru menemukan diri sbg aku dengan keluar dr dirinya.
  4. Pusat diriku terletak di luar diriku. Ia menemukan pribadinya dg seolah2 keluar dr dirinya sendiri dan menyibukkan diri dg apa yg diluar dirinya.
  5. Hanya manusialah bereksistensi. Eksistensi tdk bisa disamakan dg 'berada'. Pohon, anjing berada, tapi tidak berseksistensi.
Ciri-ciri eksistensialisme

  1. Motif pokok adalah eksistensi, cara manusia berada. Hanya manusia bereksistensi.
  2. Bereksistensi hrs diartikan scr dinamis.Bereksistensi berarti menciptakan diri scr aktif, berbuat, menjadi, merencanakan.
  3. Manusia dipandang terbuka, belum selesai. Manusia terikat pd dunia sekitarnya, khususnya pd sesamanya.
  4. Memberi penekanan pd pengalaman konkrit.
Kienkegaard
  1. Soren Aabye Kierkegaard lahir di Kopenhagen, Denmark 15 Mei 1813. Belajar teologi di Univ. Kopenhagen, tp tdk selesai. Saat 3 saudara, ayah dan ibunya meninggal ia mengalami krisis.
  2. Sempat menjauh dr temannya dan agama.
  3. Sempat bertunangan dg Regina Olsen, tp tdk jadi menikah.
  4. 1849 kembali lagi ke agamanya (Kristen)
  5. Meninggal 1855 sbg org religius dan dipandang sbg tokoh di gerejanya.
  6. Dia dikenal sbg bapa eksistensialisme, aliran filsafat yg berkembang 50 thn setelah kematiannya. 
Ajaran-ajaran kienkegaard
  1. Kritik thdp Hegel: Kierkegaard memandang Hegel sbg pemikir besar, tp satu hal yg dilupakan Hegel ' menurut Kierkegaard ' adalah eksistensi menusia individual dan konkret. Manusia tdk dpt dibicarakan 'pd umumnya' atau 'menurut hakekatnya', krn manusia pada umumnya tdk ada.
  2. Yang ada itu adalah manusia konkret yg semua penting, berbeda dan berdiri di hadapan Tuhan.Manusia itu eksistensi.
  3. Eksistensi berarti bagi Kierkegaard: merealisir diri, mengikat diri dg bebas, dan mempraktekkan keyakinannya dan mengisi kebebasannya.
  4. Hanya manusia bereksistensi, krn dunia, binatang dan sesuatu lainnya hanya 'ada'. Juga Tuhan 'ada'. Tapi manusia hrs bereksistensi, yakni menjadi (dlm waktu) seperti ia (akan) ada (secara abadi).
Ada tiga cara bereksistensi: tiga sikap thdp hidup, yaitu: sikap estetis, sikap etis dan sikap religius.
  1. Sikap estetis: Merengguh sebanyak mungkin kenikmatan, yg dikuasai oleh perasaan. Cara hidup yg amat bebas. Manusia hrs memilih hidup terus dg kenikmatan atau meloncat ke tingkat lebih tinggi lewat pilihan bebas.
  2. Sikap etis: Sikap menerima kaidah2 moral, suara hati dan memberi arah pd hidupnya. Ciri khasnya menerima ikatan perkawinan. Manusia sdh mengakui kelemahannya, tp belum melihat cara mengatasinya. Bila ia mengakui butuh pertolongan dr atas, maka ia loncat ke sikap hidup religius.
  3. Sikap religius: Berhadapan dg Tuhan, manusia sendirian. Krn manusia religius percaya pada Allah, maka Allah memperlihatkan diriNya pada manusia. Percaya model A ialah Allah hadir dimana-mana. Yang sukar adalah percaya model B: percaya bhw Allah menerima wajah manusiawi dlm Yesus agar bs berjumpa dg Dia. Kita percaya model B, bila kita percaya bhw kita yg lahir dlm waktu bisa menjadi abadi. Kita bs menjadi spt yang kita percayai.
Manusia menjadi seperti apa yang dipercayainya
-Pernyataan Parmenides hingga Hegel: 'Berpikir sama dengan berada' ditolak oleh Kierkegaard, krn menurutnya 'percaya itu sama dengan menjadi'. Disini dan kini manusia percaya dan menentukan bagaimana dia akan ada scr abadi. Manusia memilih eksistensinya entah sebagai penonton yg pasif, atau sebagai pemain/individu yg menentukan sendiri eksistensinya dg mengisi kebebasannya.

Waktu dan ke abadian
-Setiap org adalah campuran dr ketakterhinggaan dan keterhinggaan. Manusia adalah gerak menuju Allah, tp juga terpisah/terasing dr Allah. Manusia dpt menyatakan YA kpd Tuhan dlm iman, atau mengatakan TIDAK. Jika ia mengatakan YA, ia akan menjadi yg ia ada. Manusia hidup dlm dlm dua dimensi sekaligus: keabadian dan waktu. Kedua dimensi itu bertemu dlm 'saat'. Saat adalah titik 
dimana waktu dan keabadian bersatu. Kita menjadi eksistensi dlm saat, yaitu saat pilihan. Pilihan itu suatu 'loncatan' dr waktu ke keabadian.

Subyektivitas dan eksistensi sebagai tugas
-Eksistensi manusia bukan sekadar suatu fakta, tplebih dr itu. Eksistensi manusia adalah tugas, yg hrs dijalani dg kesejatian shg org tdk tampil dg semu. Bila eksistensi suatu tugas, ia hrs dihayati sbg suatu yg etis dn religius. Eksistensi sbg tugas disertai oleh tanggungjawab. Tdk spt berada dlm massa, eksistensi sejati memungkinkan individu memilih dan mengambil keputusan sendiri. Utk itulah Kierkegaard menganggap subyektivitas dan eksistensi sejati itu suatu tugas.

Publik dan Individu
-Pendapat umum kerap didukung oleh khalayak ramai yganonim belaka. Publik bagi Kierkegaard hanya abstraksi belaka, bukan realitas. Publik menjadi berbahaya bila itu dianggap nyata.

-Org sering berusaha menggabungkan diri dlm kelompok dg mengumpul tanda tangan. Ini bukti org itu tdk berani tampil sendiri scr berarti. Mereka itu org2 lemah. Mengandalkan diri pd kekuatan numerik. Ini adalah kelemahan etis. Kierkegaard bukan menolak adanya kemungkinan bagi manusia utk bergabung dg yang lain. 'Hanya setelah individu itu mencapai sikap etis barulah penggabungan bersama dpt disarankan. Kalau tdk, penggabungan individu yg lemah sama memuakkan 
seperti perkawinan antara anak2'

(Sumber : Power Point dosen kbk filsafat Eksistensialisme)

Sunday, September 28, 2014

Jawaban dari pertanyaan presentasi intelegensi


1. Tujuan ilmu kan untuk membantu kelangsungan hidup, bagaimana penjelasan / contohnya?
Sedangkan orang malas pun masih bisa bertahan hidupnya.
Pertanyaannya dari Devario (kelompok 10)
Jb : Membantu kelangsungan hidup yang dimaksudkan disini adalah hanya sekedar pembantu saja. Bukan berati tanpa ilmu, manusia tak akan bisa hidup. Ketahuilah sekecil apapun sebuah informasi, itu tetap menambah ilmu pengetahuan kita, kita kaan menjadi semakin tahu.Membantu yang dimaksud disini itu contohnya seperti zaman sekarang pekerjaan minimal yang dicari adalah S-1. Jika anda bukan S-1 bukankah akan menjadi sulit untuk mencari pekerjaan ? Seperti itulah maksud dari tujuan tersebut.

2. Bagaimana cara seseorang memperoleh pengetahuan yang paling hakiki?
Pertanyaan dari Valen {705140124} dari kelompok (Thick Book)
Jb : Cara memperolehnya adalah dengan cara menguji pengetahuan itu sendiri berdasarkan bukti ilmiah karena dengan berdasarkan bukti ilmiah atau fakta-fakta maka kita dapat memperoleh pengetahuan yang paling hakiki..
3. Contoh kegiatan intelegensi manusia?
Pertanyaan dari Liesye (705140067) dari kelompok (Pelangi)
Jb : Intelegensi bangkit dan mulai berfungsi saat ada pertanyaan dalam diri yang memaksa kegiatan memerhatikan dan berpikir, lalu setelah penelitian didapat insight yaitu penangkapan suatu intuisi mengenai jawaban yang dicari.
Contohnya, seseorang dapat menumis memakai air dan tidak perlu minyak. Mengapa demikian? Setelah penilitian, didapat bahwa air dan minyak fungsinya kurang lebih sama di wajan, yaitu agar makanan di wajan tidak lengket dan tidak gosong.

4. "Pengetahuan adalah sesuatu yang kita dapat dari pengalaman dan gejala2 di lingkungan kita"
Di dalam modul pembelajaran, pengetahuan mencakup inderawi dan intelektif. Menurut kelompok kalian, pengetahuan hanya berasal dari pengalaman dan gejala2 lingkungan yang berarti hanya mengandalkan inderawi. Bagaimana suatu pengetahuan dapat sempurna jika hanya mengandalkan inderawi tanpa intelektif ?
( Jeannyfer Teja / 705140055 / CLOUD )
Jb : Menurut kami, pengalaman yang kami maksud justru mencakup inderawi dan intelektif, karena pngalaman inderawi juga diolah oleh proses kognitif sehingga baru dikatakan sebagai pengalaman yang dapat menjadi pengetahuan.

5. Apa yang membedakan tingkat intelegensi seseorang ?
( Cherika / 705140165 / CLOUD )
Jb : Tentunya setiap manusia memiliki tingkat intelegensi yang berbeda.
Yang membedakannya adalah :
- faktor genetik
- faktor keluarga (pola asuh)
- kematangan seseorang
- potensi yang dimiliki
- faktor lingkungan

6. Perbedaan intelegensi dengan indera batin lainnya disebut sebagai estimasi dan kognitif. Apa arti dari kedua itu ?
( Maya / 705140065 / CLOUD )
Jb : Estimasi itu kegiatan memprediksi dari bukti-bukti dan fakta-fakta yang sudah ada secara logis dan sistematis. Kognitif adalah cara memproses dan memanipulasi informasi dalam berpikir, mengingat, dan mengetahui (menerima sesuatu yang baru).

7. Menurut Aristoteles, intelek itu mencapai yang universal sedangkan panca indera menyangkut hal2 yang individual. Intelek yang mencapai universal itu yang seperti apa ? Atau contohnya ?
( Bonita / 705140035 / CLOUD )
Jb : Intelek yang mencapai universal itu maksudnya yang berlaku untuk semua orang, dalam arti tidak dibatasi antara ruang dan waktu (universal).
Pertemuan ke VIII - Kebebasan

Jiwa dan Kebebasan
Eksistensi jiwa dalam tubuh memampukan manusia untuk menghadirkan diri secara total di dunia dan memungkinkan manusia menentukan Dalam fungsi menentukan perbuatan, jiwa berhubungan dengan kehendak bebas karena jiwalah manusia menjadi mahluk bebas kebebasan itu mendasar bagi manusia dan merupakan penting humanismeperbuatannya

"Sejarah manusia merupakan sejarah perjuangan kebebasan" - Erich Fromm, 1960

Pandangan determinisme
Determinisme: aliran yang menolak kebebasan sebagai kenyataan hidup bagi manusia. Setiap peristiwa, termasuk tindakan dan keputusan manusia. Seluruh kegiatan manusia di duniaberjalan
menurut keharusan yang bersifat  deterministikdisebabkan oleh peristiwa-peristiwa lainnya.

  1. Determinisme fisik-biologis
  2. Determinisme psikologis
  3. Determinisme sosial
  4. Determinisme teologis
Kelemahan determinisme:
  1. Menyangkal sifat multidimensional dan paradoksal manusia (paradoks tidak meniadakan kebebasan juga keharusan, bukan?)
  2. Menyangkal bahwa manusia selalu melakukan evaluasi dan penilaian terhadap tindakannya
  3. Menafikan adanya tanggung jawab (tak relevan menuntut tanggung jawab atas kesalahan, bukan?)
Arti Kebebasan
-Pengertian umum/Kebebasan negatif/tidak ada hambatan (tidak ada paksaan, tidak ada hambatan, tidak ada halangan, tidak ada aturan). Tapi ini bukan kebebasan eksistensial.
-Pengertian khusus kebebasan eksistensial:
  1. Penyempurnaan diri (ingat filsafat proses Whitehead?)
  2. Kesanggupan memilih dan memutuskan
  3. Kemampuan mengungkapkan berbagai dimensi kemanusiaan (kebebasan/hak-hak dasar seperti ditegaskan Franz Magnis-Suseno)
Jenis-jenis kebebasan
  1. Kebebasan horizontal (berkaitan dengan kesenangan dan kesukaan, bersifat spontan, semata pertimbangan intelektual) dan kebebasan vertikal (pilihan moral, pertimbangan tujuan, tingkatan nilai)
  2. Kebebasan eksistensial (kebebasan positif, lambang martabat manusia) dan kebebasan sosial (terkait dengan orang lain, kebebasan)
Nilai humanistik dalam kebebasan eksistensial:
  1. Melibatkan pertimbangan
  2. Mengedepankan nilai kebaikan
  3. Menghidupkan otonomi
  4. Menyertakan tanggung jawab
4 alasan adanya pembatasan kebebasan sosial:
  • Menyertakan pengertian
  • Memberi ruang bagi kebebasan eksistensial
  • Menjamin pelaksanaan keadilan bagi masyarakat
  • Terkait dengan hakikat manusia sebagai mahkhluk sosial
Sejarah perkembangan kebabasan berdasarkan zaman-zaman :
  • Zaman abad pertengahan, masalah kebebasan dilihat dalam perspektif teosentrik
  • Zaman modern, perspektif teosentrik digantikan oleh perspektif antroposentrik
  • Era kontemporer (pascamodern?), kebebasan dipermasalahkan dari sudut pandang sosial
  • Kebebasan dalam pemikiran Timur cenderung dilihat sebagai pembebasan dari kendala keinginan egoistik dan dari kecemasan untuk mencapai kesatuan .
(Sumber : Power Point dosen kbk filsafat pertemuan ke VIII)



Tugas Tentang Kebebasan

Kalau menurut saya pribadi . Manusia itu adalah makhluk hidup yang bebas . Manusia memiliki "freewill" untuk memilih tujuan hidup mereka. Kalau semua dibatasi malahan akan muncul yang namanya pemberontakan, karena manusia adalah makhluk yang cerdas , yang bisa memilih tujuannya , dan yang memiliki akal budi. Memang ada batasan-batasannya , tapi kalau menurut saya pribadi memang, kalau tidak ada batasan, tentu saja dunia ini akan hancur karena manusia bisa melakukan tindakan semaunya yang belom tentu bisa menguntungkan orang lain . Malahan dapat merugikan sesamanya .